Pernah nonton drama Korea Startup nggak nih? Dulu kupikir judulnya adalah nama perusahaan milik aktor atau aktrisnya gitu. Ternyata nggak lho. Nanti kujelasin apa itu Startup dan perbedaan Startup dengan perusahaan konvensional.
Startup adalah perusahaan rintisan yang mengacu pada layanan atau produk berbasis teknologi. Umumnya masih belum lama beroperasi atau masih berada dalam masa-masa pengembangan gitu deh.
Intinya, mereka masih terus menemukan pasar dan mengembangkan produk. Beberapa contoh Startup adalah Bukalapak, Shopee, Tokopedia, Traveloka, Tiket.com dan lain-lain. Kayaknya di berbagai bidang tuh udah ada Startupnya. Bahkan bidang kesehatan.
Apalagi Startup juga harus merancang produknya dari nol. Biasanya dengan konsep MVP. Atau minimum viable product adalah sebuah versi produk baru yang bisa memenuhi kebutuhan dasar pelanggan.
Memang Startup itu nggak sama dengan perusahaan lainnya? Biar nggak salah paham, yuk kita baca beberapa perbedaan Startup dengan perusahaan konvensional!
Perbedaan Startup dengan Perusahaan Konvensional
1. Struktur Organisasi
Kalau kita perhatikan dari struktur organisasinya, perusahaan rintisan dan konvensional itu punya perbedaan sendiri. Misalnya saja dari sisi investor.
Kalau perusahaan rintisan (Startup), investor nggak banyak ikut campur sama urusan bisnis. Mereka mungkin hanya terlibat dalam penanganan hal strategis saja. Sedangkan urusan operasional menjadi tanggung jawab bagi manajemen.
Sementara itu, kalau perusahaan konvensional beda lagi. Kita sering kali menemukan investor justru terlibat dalam urusan manajemen.
2. Sumber Pendanaan
Urusan pendanaan ini juga berbeda antara perusahaan konvensional dan Startup. Tahulah, pendanaan ‘kan penting banget untuk keberlangsungan perusahaan. Apalagi bagi perusahaan rintisan yang harus mengembangkan ide produk dan layanannya.
Perusahaan konvensional umumnya punya sumber dana yang berasal dari satu atau sekelompok orang. Mereka inilah yang akan terus menyuplai dana untuk keberlangsungan usahanya.
Beda halnya dengan perusahaan rintisan. Mungkin awalnya saja founder mengeluarkan modal awal. Selanjutnya, dia akan mencari investor untuk mendapatkan dana segar untuk sumber pendanaan.
3. Tujuan Keuntungan
Siapa yang mengira bahwa tujuan keuntungan pun berbeda antara perusahaan konvensional dan rintisan. Lho maksudnya gimana nih? Namanya keuntungan ya pasti ngomongin provit gedhe dong.
Perusahaan konvensional umumnya sudah punya pola dan tujuan keuntungannya sendiri. Ini bahkan sudah terbentuk sejak awal mereka ada. Yaitu saat mereka sudah bisa mendatangkan profit.
Sedangkan pada perusahaan rintisan bukan seperti itu. Rata-rata mereka masih mencari pola bisnisnya sendiri.
Oleh karena itu, tujuan keuntungan mereka biasanya untuk mengembangkan bisnis. Sehingga, setiap profit yang ada akan mereka manfaatkan untuk pengembangangan bisnis.
4. Ritme Kerja
Ada satu hal yang paling menjadi perbedaan Startup dengan perusahaan konvensional yaitu ritme kerja. Hmm, kayaknya Teman-teman sudah mulai memahami ya!
Yupz. Perusahaan konvensional memang sudah punya standar tentang ritme kerja setiap karyawannya. Mereka punya tugas dan tanggung jawab sesuai profesi dan jabatan masing-masing, Gaes.
Sementara itu, Startup belum punya standar yang pasti. Makanya nggak menutup-kemungkinan, kalau satu orang bisa mengerjakan beberapa pekerjaan di luar tugas pokoknya. Sehingga, bisa mempelajari banyak hal dalam waktu cepat tuh udah kayak persaingan banget.
Tapi, ada satu keunggulan dari ritme kerja di Startup. Yaitu fleksibilitas. Salah satu contohnya adalah kita bisa mengerjakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan di mana saja. Tanpa harus ke kantor. Ini di luar kondisi pandemi kayak beberapa waktu lalu ya.
Jadi, Jangan Salah Bedain Startup dengan Perusahaan Konvensional ya!
Ternyata ada banyak perbedaan Startup dengan perusahaan konvensional ya. Mulai dari struktur organisasi, terutama investornya, sampai ke tujuan keuntungan dan ritme kerja. Semuanya beda.
Jadi, jangan salah bedain lagi ya! Atau Teman-teman ada ide produk atau layanan yang mungkin bisa untuk perusahaan rintisan? Yuklah kembangin! Biar sukses kayak Startup di bidang pertanian seperti SayurBox, TaniHub dan Eragano.
Semoga bermanfaat.
19 Komentar
Tentu doang dgn adanya informasi ini makin lebih jelas dan jadi semangat menjalankan bisnis nih..
BalasHapusSelama ini aku mikir yang namanya start up itu perusahaan baru
BalasHapusTapi manajemen dll nya sama aja kayak perusahaan konvensional
Ternyata berbeda ya. Sekarang jadi ngerti deh
Saya belum nonton drakor Start Up, padahal itu booming banget yaa.
BalasHapusYang di atas perbedaan mendasar antara startup dan perusahaan konvensional. Semakin ke sini semakin banyak perusahaan startup yang muncul dan semoga semuanya tetap tumbuh menjadi perusahaan yang kuat.
*manggut2.. aku pikir dulu sama aja wkwk. karena mereka sama2 berjalan untuk bisnis dan dibantu oleh banyak orang dan ada strukturnyaa (kayak struktur organisasi) hehe.. ternyata beda yaahh. makasih kak Yuni edukasinya
BalasHapusdengan begini jadi semakin mudah membedakan mana perusahaan start up dan yang mana perusahaan konvensional. Jadi lebih mudah untuk membedakan karena sudah dijelaskan dengan oerbedaan yang cukup signifikan
BalasHapusAda banyak perbedaan ternyata ya. Ga cuma dari segi pemasaran saja. Artikel ini membuka wawasan saya tentang perusahaan start up.
BalasHapusKhusus yang ritme kerja, startup familiar dengan jam kerja yang fleksibel ya ketimbang yang konvensional. Meski begitu tetep aja sih mau kerjanya dimana pastinya ada target yang ingin dicapai buat kelangsungan perusahaan.
BalasHapusSaya malah belum nonton Startup sampai sekarang, Mbak. Hehehe. Tapi infonya bagus nih cukup detail. Terima kasih mbak.
BalasHapusBaru tauu aku bun ada starup.perusahaan dan perorangan. Apapun itu semoga starup bisa berkembang apalagi sekarang apa2 serba online
BalasHapusYg paling kentara yaitu di aspek teknologinyaa ya. Kalau dah konsep startup bisa flexibel gitu ya ternyataa. Thx 4 sharing❤
BalasHapusSempat liat drakor Startup meskipun nggak tuntas. Hehe. Perusahaan startup ini tantangannya banyak karena betul-betul baru memulai. Dulu temen-temen kuliah ada yang memulai, tapi berhenti di tengah jalan. Tapi ada juga perusahaan startup yang dikelola teman kuliah atau adik kelas dan masih berjalan bahkan berkembang
BalasHapusBener banget. Untung saya baca artikel ini jadi dapat pelajaran deh kalau Startup dengan perusahaan konvensional itu banyak banget perbedaannya. Dan jelas beda ya
BalasHapusStart up sangat bergantung pada pendanaan nih dan cukup lama baru bisa untung. Gajinya sih cukup besar selama modalnya masih ada. Kalo ga untung, cepet gulung tikar deh.
BalasHapusWah, jadi tahu perbedaan perusahaan konvensional dan startup. Sekarang nih ya zaman perusahaan startup lagi dikembangin banget. Tapi di saat yang sama, banyak juga yang runtuh sebelum berkembang. Next boleh ya, Kak, bagi tips buat siapa pun yang mau mendirikan startup gitu, gimana caranya biar bisa terus berkembang
BalasHapusMantap juga investor di startup ini, gak terlalu banyak ikut campur dalam urusan bisnisnya sehingga pihak startup pun lebih leluasa dan kreatif dalam membuat model bisnis, produk dan layanannya.
BalasHapusMakin banyak anak muda yang terjun ke bisnis startup ini selain karena memang zamannya digitalisasi ke depannya bisnis inilah yang akan berkembang pesat. Bisnis konvensional pun harus mulai menyesuaikan diri kalau tidak ingin tergerus zaman.
BalasHapusmakin ke sini banyak startup yabg lahir. jadi harus lebih pinter-pinter ya punya strategi.
BalasHapuswah ternyata sumber pendanaan yang kudu nyari banyak investor dari luar perusahaan itu ya, yang bikin bisnis startup kadang naik turun. Tapi keren sih bisnis-bisnis ini ada yang mampu berkembang terus ya sekarang
BalasHapusDalam gambaran aku, perusahaan start up karyawan enggak harus banyak dan bisa dikerjakan secara online...hehehe
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.