Namanya Naura. Meski seorang gadis tapi dia jauh dari kata feminim. Kalian jangan berpikir bahwa dia terlalu tomboy hingga benar-benar menyerupai pria ya. Asal kalian tahu saja. Dia masih betah mengenakan kerudung. Meski hanya sebatas kerudung instant. Bukankah yang penting menutup bagian dada dan tetap simple. Nggak ribet seperti cewek berhijab kebanyakan yang terkadang membutuhkan banyak jarum pentul untuk sekedar mengenakan penutup aurat bagian atas. Naura benar-benar cewek sederhana. Bahkan urusan make up pun dia nggak terlalu ambil pusing. Lebih tepatnya, dia nggak mau kenalan terlalu jauh. Baginya cukup hanya bedak bayi dan minyak telon.
Apakah aku menyukainya? Aku juga nggak memahami perasaanku. Bagiku, dia hanya sebatas junior staff di kantor juga sahabatku. Meski dia nggak banyak berinteraksi denganku. Yah, kami memang berada di dua divisi yang berbeda. Dia bagian finance sementara aku adalah supervisor accounting.
Tapi sebagai sahabat, aku sering memerhatikan Naura. Termasuk gelagatnya menyukai supervisor finance yang memang terkenal tampan. Sayangnya lelaki yang dia sukai adalah seorang pecinta wanita.
“Naura beneran naksir Genta ya, Dan?” Tanya Pak Bari, manager finance accounting suatu saat setelah briefing dengan divisi accounting.
Aku tersenyum tipis sebelum menjawab, “Sepertinya begitu, Pak.”
“Dia ‘kan sahabatmu, kenapa kamu nggak jelasin aja kalau Genta tu playboy cap kadal. Lagi pula itu anak mana suka cewek modelan Naura,” kata Pak Bari.
Selama ini pacar-pacar Genta memang bukan yang seperti Naura. Dia lebih menyukai cewek yang modis. Nggak masalah jika cewek itu berhijab asal anggun dan cantik. Dengan tanda kutip. Artinya cewek itu harus selalu memperhatikan penampilan. Nggak heran jika para cewek itu selalu tampil dengan make up. Sangat nggak Naura sekali.
“Saya akan memperingatkannya nanti, Pak,” jawabku.
“Iyalah. Mana itu anak-anak finance juga pada nyomblangin mereka. Si Genta pasti sudah memberinya sinyal-sinyal harapan palsu. Sebelum ada masalah dengan pekerjaan sebaiknya kamu peringati.”
Sebenarnya Pak Bari nggak pernah mempermasalahkan jika ada dua staffnya yang terlibat cinta lokasi. Asal seimbang. Maksudnya ada interaksi yang sama di antara kedua belah pihak. Bukan hanya hubungan yang bertepuk sebelah tangan. Menurut beliau, hubungan seperti itu akan menimbulkan masalah saja. Aku pun menyetujui.
***
Aku dan Naura memang beberapa kali nongkrong bareng. Kadang bersama teman staff yang lain. Nggak jarang hanya kami berdua. Seperti saat itu, ketika aku bertekad memperingatinya seperti harapan Pak Bari.
“Ra, kamu beneran suka sama Genta?” tanyaku membuatnya tersedak es krim yang sedang dia nikmati.
Buru-buru dia meminum lemon tea sebelum menatapku kesal dan menjawab, “Ngapain kamu nanya begitu?”
Kulihat pipinya merona. Entah mengapa hal itu malah membuatku kesal. Bisa-bisanya dia tersipu hanya karena aku menanyakan hal itu. “Genta nggak bakal suka sama kamu, Ra,” gerutuku.
Sorot matanya meredup. Aku bertanya-tanya dalam hati, sudah sedalam apa perasaan gadis ini pada playboy cap kadal itu? “Genta nggak suka cewek kayak kamu. Meski menurut sebagian orang cewek mandiri, tegas dan pintar itu menarik tapi bagi Genta kamu nggak masuk kategori itu,” lanjutku.
Dia menatapku. Aku nggak mengetahui apa yang sedang berkecamuk di dalam kepalanya. Tiba-tiba rasa ibaku menggerogoti.
“Memangnya aku sejelek itu ya, Dan? Penampilanku ‘kan nggak malu-maluin banget,” katanya pelan.
Dia benar-benar gila jika berpikir dia nggak menarik. Oke. Dia hanya sedikit tomboy. Tapi apa yang salah dengan itu? Toh selama ini dia hanya nggak terbiasa dengan rok dan make up. Naura hanya tampil casual. Dan menurutku itu keren.
Selain itu, dia mandiri. Jarang terlihat manja dan bergantung pada orang lain, kecuali dia benar-benar nggak sanggup menangani masalahnya. Cewek model Naura harusnya menjadi top karakter yang paling disukai.
“Kenapa kamu nggak coba berubah seperti apa yang Genta suka? Sesekali pake rok dan memoles sedikit make up,” kataku memberi masukan.
Dia tampak memikirkan perkataanku. Aku nggak berani membayangkan bagaimana jika wajah yang polos itu nantinya juga berhias make up.
“Tapi kamu harus mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu. Jadi, kamu nggak akan kehilangan jati dirimu,” lanjutku.
“Eh, emang kamu pikir aku nggak cinta diriku sendiri?”
Saat itu aku hanya mengangkat bahuku seolah nggak perduli.
***
Begitulah. Setiap hari setelah itu aku menemaninya menyelesaikan proyek hati Naura. Sepulang kerja kami akan menyempatkan diri berbelanja, memilih pakaian yang anggun untuk dia kenakan. Dia benar-benar ingin mengubah dirinya menjadi Naura yang anggun. Bukan Naura yang tomboy lagi.
“Dan, menurutmu lebih bagus yang mana?” Tanya Naura saat kami memilih dress untuk ke acara perusahaan.
Dia menyodorkan dua dress yang menurutnya menarik. Aku yang nggak mengerti mengenai bahan baju hanya melihat dress itu dari warna dan coraknya. Satu bermotif bunga dan satu lagi polos dengan warna soft peach. Jelas saja aku memilih yang polos.
“Soft peach deh,” jawabku.
Dan dia menuruti pilihanku. Selain urusan baju, dia juga belajar berinteraksi dengan make up. Tentu saja dia nggak belajar padaku untuk hal yang satu itu. Aku juga nggak memahami dia belajar pada siapa.
“Pokoknya dia jago banget deh make upnya, Dan. Aku aja sampai nggak kenal sama wajahku sendiri,” begitu pujiannya kala itu pada tutor belajarnya.
“Penting jangan tebal-tebal aja make upnya, Ra. Bukannya cantik entar malah kayak badut,” cemoohku.
Saat itu, dia sama sekali nggak menanggapi cemoohanku. Dia hanya menatapku seperti berkata, lihat saja sendiri nanti hasilnya. Dan itu membuatku benar-benar nggak sabar bertemu dengannya.
“Hay, Dan. Bagaimana penampilanku?” Tanya Naura malam ini saat aku menjemputnya untuk pergi ke tempat acara perusahaan.
Dia sukses membuatku melongo. Penampilannya benar-benar memukau. Make up minimalis membuatnya bertambah manis. Busana yang dia kenakan membuatnya terlihat lebih anggun. Andai saja dia menyukaiku, sudah pasti aku lebih memilih mengadakan acara berdua saja. Sayangnya, dia melakukan semua ini hanya untuk Genta.
“Cantik,” jawabku singkat.
“Apa menurutmu Genta akan menyukai perubahanku?” Tanya Naura lagi.
“Ntahlah. Tapi seenggaknya dia pasti akan merubah penilaiannya terhadapmu,” jawabku.
Benar saja. Ketika kami sampai di tempat acara, beberapa orang memang memandang nggak percaya pada Naura yang tengah menggandeng lenganku. Termasuk Genta yang berada di tengah acara bersama seorang cewek. Mungkin seorang yang tengah berhubungan dengannya saat ini.
Aku kenal tatapan terpesona itu. Meski ada seorang di sebelahnya, Genta nggak mau berusaha menyembunyikan binar kekaguman pada Naura. Nggak heran jika kemudian sang patner memberikan tatapan tajam pada gadis yang kini berdiri canggung di sebelahku.
“Aku ambilkan minum sebentar ya, Ra,” kataku padanya.
Meski berat hati, Naura membiarkanku pergi ke stand minuman. Dia berdiri sendiri di ruangan. Nggak lama kemudian, entah bagaimana cara dia berpamitan pada pasangannya, Genta mendekati Naura. Kulihat mereka berbincang-bincang dan Naura nggak pernah lepas dari senyumnya. Seketika aku iri.
“Kamu yakin membiarkan Genta mendekati Naura malam ini?” Tanya Pak Bari yang entah sejak kapan berdiri di sampingku.
Aku nggak rela, jerit hatiku. Tapi aku bisa apa? Kalau Naura masih sesuka itu pada Genta.
“Kamu yang berhasil mengubah Naura. Harusnya kamu yang berhak berdiri di samping Naura. Bukannya playboy cap kadal yang semenit lalu masih menggandeng perempuan lain kemari. Memangnya kamu mau Naura diperlakukan sama dengan perempuan itu?” kata Pak Bari sebelum meninggalkanku dalam kebimbangan.
Haruskah aku mendekati mereka dan merebut seluruh perhatian gadis manis itu dari Genta?
[To Be Continue]
#CintaiDirimuSendiriMakaOrangLainAkanMencintaimu2
Sumber : Pinterest |
Apakah aku menyukainya? Aku juga nggak memahami perasaanku. Bagiku, dia hanya sebatas junior staff di kantor juga sahabatku. Meski dia nggak banyak berinteraksi denganku. Yah, kami memang berada di dua divisi yang berbeda. Dia bagian finance sementara aku adalah supervisor accounting.
Tapi sebagai sahabat, aku sering memerhatikan Naura. Termasuk gelagatnya menyukai supervisor finance yang memang terkenal tampan. Sayangnya lelaki yang dia sukai adalah seorang pecinta wanita.
“Naura beneran naksir Genta ya, Dan?” Tanya Pak Bari, manager finance accounting suatu saat setelah briefing dengan divisi accounting.
Baca juga Kisah Ini
Mencintai Diri Sendiri Ala Naura
Mencintai Diri Sendiri Ala Naura
Aku tersenyum tipis sebelum menjawab, “Sepertinya begitu, Pak.”
“Dia ‘kan sahabatmu, kenapa kamu nggak jelasin aja kalau Genta tu playboy cap kadal. Lagi pula itu anak mana suka cewek modelan Naura,” kata Pak Bari.
Selama ini pacar-pacar Genta memang bukan yang seperti Naura. Dia lebih menyukai cewek yang modis. Nggak masalah jika cewek itu berhijab asal anggun dan cantik. Dengan tanda kutip. Artinya cewek itu harus selalu memperhatikan penampilan. Nggak heran jika para cewek itu selalu tampil dengan make up. Sangat nggak Naura sekali.
“Saya akan memperingatkannya nanti, Pak,” jawabku.
“Iyalah. Mana itu anak-anak finance juga pada nyomblangin mereka. Si Genta pasti sudah memberinya sinyal-sinyal harapan palsu. Sebelum ada masalah dengan pekerjaan sebaiknya kamu peringati.”
Sebenarnya Pak Bari nggak pernah mempermasalahkan jika ada dua staffnya yang terlibat cinta lokasi. Asal seimbang. Maksudnya ada interaksi yang sama di antara kedua belah pihak. Bukan hanya hubungan yang bertepuk sebelah tangan. Menurut beliau, hubungan seperti itu akan menimbulkan masalah saja. Aku pun menyetujui.
***
Suatu Ketika Di Istana Ice Cream
Aku dan Naura memang beberapa kali nongkrong bareng. Kadang bersama teman staff yang lain. Nggak jarang hanya kami berdua. Seperti saat itu, ketika aku bertekad memperingatinya seperti harapan Pak Bari.
“Ra, kamu beneran suka sama Genta?” tanyaku membuatnya tersedak es krim yang sedang dia nikmati.
Buru-buru dia meminum lemon tea sebelum menatapku kesal dan menjawab, “Ngapain kamu nanya begitu?”
Kulihat pipinya merona. Entah mengapa hal itu malah membuatku kesal. Bisa-bisanya dia tersipu hanya karena aku menanyakan hal itu. “Genta nggak bakal suka sama kamu, Ra,” gerutuku.
Sorot matanya meredup. Aku bertanya-tanya dalam hati, sudah sedalam apa perasaan gadis ini pada playboy cap kadal itu? “Genta nggak suka cewek kayak kamu. Meski menurut sebagian orang cewek mandiri, tegas dan pintar itu menarik tapi bagi Genta kamu nggak masuk kategori itu,” lanjutku.
Dia menatapku. Aku nggak mengetahui apa yang sedang berkecamuk di dalam kepalanya. Tiba-tiba rasa ibaku menggerogoti.
“Memangnya aku sejelek itu ya, Dan? Penampilanku ‘kan nggak malu-maluin banget,” katanya pelan.
Dia benar-benar gila jika berpikir dia nggak menarik. Oke. Dia hanya sedikit tomboy. Tapi apa yang salah dengan itu? Toh selama ini dia hanya nggak terbiasa dengan rok dan make up. Naura hanya tampil casual. Dan menurutku itu keren.
Selain itu, dia mandiri. Jarang terlihat manja dan bergantung pada orang lain, kecuali dia benar-benar nggak sanggup menangani masalahnya. Cewek model Naura harusnya menjadi top karakter yang paling disukai.
“Kenapa kamu nggak coba berubah seperti apa yang Genta suka? Sesekali pake rok dan memoles sedikit make up,” kataku memberi masukan.
Baca juga Kisah Ini
Tentang Jodoh
Tentang Jodoh
Dia tampak memikirkan perkataanku. Aku nggak berani membayangkan bagaimana jika wajah yang polos itu nantinya juga berhias make up.
“Tapi kamu harus mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu. Jadi, kamu nggak akan kehilangan jati dirimu,” lanjutku.
“Eh, emang kamu pikir aku nggak cinta diriku sendiri?”
Saat itu aku hanya mengangkat bahuku seolah nggak perduli.
***
Begitulah. Setiap hari setelah itu aku menemaninya menyelesaikan proyek hati Naura. Sepulang kerja kami akan menyempatkan diri berbelanja, memilih pakaian yang anggun untuk dia kenakan. Dia benar-benar ingin mengubah dirinya menjadi Naura yang anggun. Bukan Naura yang tomboy lagi.
“Dan, menurutmu lebih bagus yang mana?” Tanya Naura saat kami memilih dress untuk ke acara perusahaan.
Dia menyodorkan dua dress yang menurutnya menarik. Aku yang nggak mengerti mengenai bahan baju hanya melihat dress itu dari warna dan coraknya. Satu bermotif bunga dan satu lagi polos dengan warna soft peach. Jelas saja aku memilih yang polos.
“Soft peach deh,” jawabku.
Dan dia menuruti pilihanku. Selain urusan baju, dia juga belajar berinteraksi dengan make up. Tentu saja dia nggak belajar padaku untuk hal yang satu itu. Aku juga nggak memahami dia belajar pada siapa.
“Pokoknya dia jago banget deh make upnya, Dan. Aku aja sampai nggak kenal sama wajahku sendiri,” begitu pujiannya kala itu pada tutor belajarnya.
“Penting jangan tebal-tebal aja make upnya, Ra. Bukannya cantik entar malah kayak badut,” cemoohku.
Saat itu, dia sama sekali nggak menanggapi cemoohanku. Dia hanya menatapku seperti berkata, lihat saja sendiri nanti hasilnya. Dan itu membuatku benar-benar nggak sabar bertemu dengannya.
“Hay, Dan. Bagaimana penampilanku?” Tanya Naura malam ini saat aku menjemputnya untuk pergi ke tempat acara perusahaan.
Dia sukses membuatku melongo. Penampilannya benar-benar memukau. Make up minimalis membuatnya bertambah manis. Busana yang dia kenakan membuatnya terlihat lebih anggun. Andai saja dia menyukaiku, sudah pasti aku lebih memilih mengadakan acara berdua saja. Sayangnya, dia melakukan semua ini hanya untuk Genta.
“Cantik,” jawabku singkat.
“Apa menurutmu Genta akan menyukai perubahanku?” Tanya Naura lagi.
“Ntahlah. Tapi seenggaknya dia pasti akan merubah penilaiannya terhadapmu,” jawabku.
Baca juga Kisah Ini
Sebuah Kesalahan
Sebuah Kesalahan
Benar saja. Ketika kami sampai di tempat acara, beberapa orang memang memandang nggak percaya pada Naura yang tengah menggandeng lenganku. Termasuk Genta yang berada di tengah acara bersama seorang cewek. Mungkin seorang yang tengah berhubungan dengannya saat ini.
Aku kenal tatapan terpesona itu. Meski ada seorang di sebelahnya, Genta nggak mau berusaha menyembunyikan binar kekaguman pada Naura. Nggak heran jika kemudian sang patner memberikan tatapan tajam pada gadis yang kini berdiri canggung di sebelahku.
“Aku ambilkan minum sebentar ya, Ra,” kataku padanya.
Meski berat hati, Naura membiarkanku pergi ke stand minuman. Dia berdiri sendiri di ruangan. Nggak lama kemudian, entah bagaimana cara dia berpamitan pada pasangannya, Genta mendekati Naura. Kulihat mereka berbincang-bincang dan Naura nggak pernah lepas dari senyumnya. Seketika aku iri.
“Kamu yakin membiarkan Genta mendekati Naura malam ini?” Tanya Pak Bari yang entah sejak kapan berdiri di sampingku.
Aku nggak rela, jerit hatiku. Tapi aku bisa apa? Kalau Naura masih sesuka itu pada Genta.
“Kamu yang berhasil mengubah Naura. Harusnya kamu yang berhak berdiri di samping Naura. Bukannya playboy cap kadal yang semenit lalu masih menggandeng perempuan lain kemari. Memangnya kamu mau Naura diperlakukan sama dengan perempuan itu?” kata Pak Bari sebelum meninggalkanku dalam kebimbangan.
Haruskah aku mendekati mereka dan merebut seluruh perhatian gadis manis itu dari Genta?
[To Be Continue]
#CintaiDirimuSendiriMakaOrangLainAkanMencintaimu2
12 Komentar
ih ...semoga ga milih playboy cap kadal ya si naura..tapi susah juga sih, biasanya yang playboy gitu bikin cewek terkiwir-kiwir huh. Padahal ceweknya gonta-ganti. duh...esmosi jadinya.
BalasHapusKeren Mbak Yuni, gaskeuuuun!!
Wuah, selalu bikin penasaran nih ceritanya. Jadi kelanjutannya akan gimana nih? Naura keliatan banget ya bucin ke Genta, hehe.
BalasHapusSaya agak percaya jika ada persahabatan antara pemuda dan pemudi, maka salah satunya pasti ada rasa.
BalasHapusAih, sayangnya si Naura naif, ya. Bisa-bisanya suka dengan Genta. Biasanya sih rasa suka seperti ini masih 'prematur'. Belum begitu mempertimbangkan keadaan. Just my opinion ;)
Lanjuuut, Mbak. Berharap sih Naura dan 'si Dan' yang akhirnya jadian.
Wah... buat sendiri aja nauranya. Tapi... gimana ya, kan naura sukanya sama genta. Ya udah tunggu cerita selanjutnya aja
BalasHapusWah mba Yuni mulai ngefiksi lagi nih.. hihihi pinisirin gimana nih kelanjutannya mbaa? Aku kepoin ya blogmuh hihihi
BalasHapusAyo rebut cinta Naura, jangan tinggal diam dong nanti direbut playboy itu. Ha-ha-ha- saya jadi emosi
BalasHapusSemoga Naura mendapatkan cinta sejatinya. Bukan karena hanya terlihat cantik fisik. Tapi cinta apa adanya Naura. Aku suka ceritanya mba
BalasHapussekali playboy ya..huh. Semoga beneran ga sama si Genta si Naura, kasihan kan
BalasHapusDuh Mbak Yuni nulis di platform novel online aja Mbak...keren banget dikau ini! Pasti lebih banyak yang baca nanti
Wah, pak bos kok orangnya asyik banget. Urusan percintaan pun mendukung karyawannya. Gas poool, hahahaha ...
BalasHapusMasih menunggu lanjutannya, hehe. Kirain ini sambungan yang kemarin. Ayo dong, Naura. Sadarlah.
BalasHapusThere's a nice guy beside you who treats you better than your crush now ;)
Ah Pak Bari, aku padamu. Aku suka laki-laki yang berani ngomong yang dimau. Emang yang bikin Naura suka Genta apa sih? sekeren apa doi?
BalasHapusCeritanya bikinnpenasaran mba, jadi ga sabar nunggu lanjutannya. Kenapa jadi ikut gemes ya sama playboy cap kadal dan kelanjutan cinta naura.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.