Merindukan Pernikahan - Enam -

Sumber : Pinterest.com, diedit dengan aplikasi canva

Baca juga Cerita Sebelumnya Merindukan Pernikahan - Lima -


Rayyan POV

"Mama nggak mau tau. Kamu harus ketemu sama calon mama dulu", omel mama pagi ini.
Kepalaku masih pusing. Aku belum sempat beristirahat dengan benar sejak kemarin aku mendarat di bandara Ahmad Yani. Aku dan Abigail memang tidak ke kantor. Tapi tetap saja ada segudang permasalahan yang perlu aku selesaikan.
"Mah, Ray masih capek", keluhku.
"Ya kamu istirahat dong, Ray. Kamu bisa ijin dulu dari kantor. Nanti sore kamu pergi dah tu ketemu Nina", usul mama.
"Mama tau kan Ray nggak bisa lepas tangan sama urusan kantor?", ujarku mengingatkan.
Aku hanya ingin mengelak dari usaha perjodohan yang sedang mama lakukan. Tapi tentu mama tidak akan pernah menyerah begitu saja. Mama pasti akan melakukan berbagai cara agar aku mau menemui wanita itu.
"Kantormu nggak akan bangkrut kalau kamu nggak masuk sehari saja Ray", omel mama lagi.
Kalau sudah begini jangan salahkan siapapun kalau besok - besok aku menemukan wanita pilihan mama duduk di ruanganku. Aku tidak akan mengenal wanita lain karena aku sudah tahu siapa sebenarnya yang aku inginkan.
Betapa aku ingat pesan seorang ustadz yang ceramahnya sering aku dengarkan di youtube. Lelaki yang baik itu memuliakan. Dia akan menawarkan hubungan yang halal daripada hubungan semu yang bisa menjerumuskan mereka. Dan itu yang ingin aku lakukan untuknya.
"Ma, Ray nggak akan bertemu dengan wanita itu. Ray sudah punya pilihan sendiri", ungkapku akhirnya.
Ku lihat mata mama mengerjap. Aku tahu beliau tidak akan menyangka aku akan mengatakan hal itu. Terserah beliau akan percaya atau tidak. Aku tidak perduli.
"Kamu nggak sedang main - main kan Ray?"
"Nope".
"Kamu serius kan Ray?", tanya mama masih dengan pandangan tajamnya seolah menyelidiki raut wajahku.
Mama adalah wanita yang melahirkan dan membesarkanku. Beliau pasti sudah tahu jika aku serius kali ini. Maka dari itu aku hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan terakhir mama.
"Oke. Kalau begitu bawa dia bertemu mama!", perintah mama.
Sial. Abigail pasti tidak akan menyetujuinya dengan mudah. Kami tidak pernah dekat selama ini kecuali untuk urusan pekerjaan. Bagaimana caranya membawa dia bertemu mama yang sudah pasti akan heboh dengan hubungan absurb ini?
"Ingat ya Ray. Selama kamu belum bisa bawa calon kamu ke mama, mama tetap akan menjodohkanmu dengan Nina", kata mama seolah tahu kegalauanku. "Apa salahnya sih bertemu Nina dulu?", tanya mama kemudian.
Tentu saja salah. Kalau aku mau bertemu dengan wanita itu tidak menutup kemungkinan akan ada hati yang berharap. Ntah mama atau wanita itu. Katakan aku terlalu percaya diri. Tapi aku tidak akan memulai untuk menumbuhkan harapan di hati orang lain sementara aku tahu aku tidak akan serius dengan selain Abigail.
"Nanti Ray ajak mama langsung melamar dia saja. Bagaimana?", ujarku menawarkan.
Binar di mata mama semakin jelas. "Kamu serius Ray? Oke kalau begitu. Mama tunggu. Secepatnya ya Ray!"
Oh Tuhan, aku hanya punya mama saat ini. Kali ini saja ku mohon bantu aku mendekati dia, pintaku dalam hati.
🌸🌸🌸🌸🌸
Aku hanya perlu memanggilnya masuk ke ruanganku. Tapi yang ku lakukan hanya melihat dia yang sedang sibuk di mejanya. Keningnya sedikit berkerut. Mungkin sedang memikirkan berbagai invoice yang harus kami bayarkan. Lucu.
Detik selanjutnya aku mengangkat gagang telpon. Dengan meneguhkan hati aku menekan no extentionnya.
"Selamat pagi", sapa suara renyahnya.
"Ke ruangan sebentar, Abs!", perintahku.
"Oke Mas".
Tak lama dia masuk. Hari ini dia mengenakan gamis merah maroon dengan hijab pink motif bunga. Manis sekali. Duduk menunduk di hadapanku dengan pena dan notes di tangannya.
"Ada apa mas?", tanya Abi.
"Kamu sudah punya calon, Abs?", tanyaku langsung.
"Eh".
Dia mendongak melihatku. Matanya bulat ditutupi dengan kacamata dengan bingkai biru. Mulutnya sedikit terbuka. Mungkin dia cukup kaget mendengar pertanyaanku.
"Calon apa mas?", dia bertanya heran.
Jangankan dia, aku juga takjub mendengar pertanyaanku sendiri. Tapi ini harus segera diakhiri. Sekarang atau tidak sama sekali.
"Calon suami. Kamu sudah punya?", tanyaku lagi.
Dia mengernyit heran. "Mas Ray mau ngeledek Abi ya?", tuduhnya.
Bukan rahasia lagi. Di perusahaan manapun jika ada staff yang masih lajang, ntah perempuan atau lelaki pasti akan menjadi bahan bullyan.
"Jawab saja, Abs!", perintahku tegas.
Bibirnya sedikit berkedut. Mungkin dia sedang kesal. Siapa juga yang tidak kesal jika ditanya - tanya masalah pribadi dengan nada memerintah seperti yang aku lontarkan.
"Belum mas", jawabnya lesu. Dia kembali menunduk. Menuliskan sesuatu di notesnya. Ntah apa?
"Pacar kalau gitu?", lanjutku.
"Abi nggak lagi pacaran dengan siapapun, Mas", jawabnya lesu.
"Baiklah. Kamu boleh keluar", perintahku tegas.
"Eh". Dia mendongak. Heran. "Ini benar Abi keluar, Mas? Nggak ada kerjaan yang harus Abi kerjakan?", tanyanya heran.
"Nope".
Samar ku dengar dia menggerutukan kata aneh sesaat sebelum meninggalkan ruanganku. Tapi apa perduliku. Yang jelas aku tahu pasti dia belum punya calon. Sekarang yang perlu ku lakukan hanya menanyakan alamat rumah Abigail ke team HRD.
Seseorang berkata, jangan melamar seorang wanita muslimah yang sudah dipinang oleh saudaramu. 
Ma, kita ke Surabaya secepatnya, sorakku dalam hati.
Baca juga Cerita Sebelumnya Dunia Alya
- To Be Continue -

Kalian juga bisa menemukan cerita ini di Wattpad
With Love


Posting Komentar

14 Komentar

  1. waaaah nggak sabar tunggu kedatanganmu di Surabaya #upz
    kira2 diterima Abigails nggak, ya?

    BalasHapus
  2. Makin seru aja ceritanya. Kira-kira abs mau gak ya sbg pasangan pura-puranya mas Ray,.

    BalasHapus
  3. Wah seru banget ceritanya, so sweet deh Ray. Suka dengan caranya, langsung nikah aja hihihi, aku dukung deh.

    BalasHapus
  4. Yeee mau ngasih surprise langsung taarufan kerumah orang tual abigail. Penasaran kelanjutannya, kira-kira mamanya jadi ngejodohin sama nina ga yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kira - kira gimana ya? Hehehe
      Semoga suka ya kak.

      Hapus
  5. Eh pede gilak ya cowoknya hahaha. Belom tentu diterima juga kalik. Etapi endingnya benersn bikin penasaran loh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe,,,
      Nggak papa dong pede kak bety? Daripada minder sih.

      Hehehe

      Hapus
  6. Ohh keren amat nih cowok, langsung nembak gitu saja. Apa iya cowok gitu zaman sekarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak tahu juga masih ada apa nggak cowok modelan begitu? Mudah - mudahan masih ada ya. Hehehe

      Hapus
  7. Wah, bagus ceritanya. Bikin penasaran cerita selanjutnya apa ya? Gimana reaksi Abigail dan keluarganya? Oh.. kangen fiksi macam ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Semoga suka ya kakak. Terima kasih.
      Hehehe

      Hapus

Terima kasih atas kunjungannya, jika anda memiliki saran, kritik maupun pertanyaan silahkan tinggalkan komentar anda.