Cerita Mini : Kisah Audisi Seorang Karin

Ku perhatikan lagi penampilanku di cermin. Riasan sederhana, dress biru selutut tanpa lengan dan flatshoes berwarna senada. Nggak berlebihan. Nggak terlihat glamour tapi ku rasa ini tetap menarik.

Audisi Karin
Sumber:https://www.freepik.com/free-photo/pink-hair-girl-avantgarde-style-castings_11624160.htm

Lagipula aku nggak bisa berpenampilan lebih wow dari ini. Aku nggak mampu.

Begini saja sudah menguras hampir seluruh tabunganku. Aku harus kembali bekerja keras untuk mengumpulkan pundi-pundi uangku.

Tapi nggak masalah. Bagiku, ini sebanding dengan pengalaman yang akan kudapat setelah ini. Pengalaman berani tampil di depan umum. Di hadapan para juri acara ini.

Sebentar lagi waktuku menampilkan kemampuanku.

Yah, saat ini aku sedang mengikuti audisi sebuah ajang pencarian bakat di sebuah stasiun TV swasta. Aku cukup yakin dengan kemampuan bernyanyiku, tapi aku nggak cukup yakin kemampuanku bisa mengalahkan para peserta lain.

Ku lirik kembali peserta lain yang saat ini bertebaran di sekelilingku. Mereka terlihat jauh lebih mempesona daripada penampilanku.

Aku jadi merasa seperti upik abu jika dibandingkan dengan penampilan mereka. Nggak ada apa-apanya. Rasanya aku ingin mengundurkan diri saja. Memilih untuk menyerah pada keadaan.

Tapi tiba-tiba aku mengingat dengan jelas apa yang ayah sampaikan tadi. Beliau melepasku untuk mengikuti audisi ini dengan harapan aku bisa mencapai apa yang aku inginkan.

"Ingat Karin! Menang atau pun kalah bukan masalah berarti. Hal terpenting adalah pengalamannya."

Jadi, demi ayah yang sudah menaruh kepercayaan pada kemampuanku maka aku memilih untuk terus maju. Nggak papa dengan penampilan seadanya. Bukankah yang terpenting adalah kualitas suara yang kumiliki.

“Peserta nomer 5038”

Itu nomer pesertaku. Aku mendekat ke mas Joy. Seorang presenter ternama yang memandu acara ini. Dia terlihat tampan dengan memakai kaos dan jeans dari merk terkenal.

“Namamu Karin kan? Bagaimana? Kamu siap dengan penampilanmu?” dia bertanya padaku dengan ramah begitu aku berada dihadapannya.

“Siap mas”, jawabku sembari ku berikan senyum terbaikku.

Gugup tentu saja. Tapi inilah saatnya. Sambil melangkah masuk ke ruangan audisi aku mengingat kembali pesan ayah yang pernah beliau sampaikan padaku.

“Walaupun nantinya tanganmu tak bisa menggapai bintang, tetaplah bersyukur anakku. Setidaknya kakimu masih berpijak di bumi.”

Berbekal pesan itu aku memantapkan hati. Kali ini aku harus tampil maksimal. Semua kesederhanaan ini nggak boleh menyurutkan langkahku.

Aku akan mencoba menarik perhatian juri dengan suara emasku. Aku menyanyikan lagu yang selama ini sudah kulatih.

“Maaf, Karin. Tapi kamu masih harus mengasah kemampuan bernyanyimu lagi. Kita bisa bertemu musim depan ya sayang”

Aku Gagal di audisi ini. Tapi nggak masalah. Aku nggak akan menyerah. Nggak sebelum aku mampu mencapai semua mimpi – mimpiku.

Kalau nggak bisa saat ini. Maka aku yakin akan ada kesempatan lain. Kalau bukan di acara ini. Maka pasti ada acara lain. Begitulah.

"Maaf Ayah. Aku belum berhasil saat ini. Tapi, pasti ada waktu yang lain untukku bisa membanggakanmu dengan kemampuanku."

Aku meninggalkan ruang audisi. Mas Joy mendekatiku dengan senyum menenangkan. Dia masih terlihat tampan dan gagah mempesona.

"Hay Karin! Bagaimana tadi di dalam?" dia bertanya dengan nada prihatin.

"Aku baik-baik saja. Tapi sedikit gugup, Mas," jawabku.

"Nggak masalah. Nanti akan ada kesempatan untukmu. Jangan patah semangat! Teruslah berlatih," katanya menyemangatiku.

"Siap, Mas."

Maka resmi sudah aku menyelesaikan audisiku. Audisi yang gagal. Nanti aku akan lebih giat berlatih. Jika memungkinkan aku akan mengikuti kelas bernyanyi. Pokoknya, aku akan melakukan apapun untuk mendukung cita-citaku. Semoga Tuhan merestui.

Aku meninggalkan gedung itu dengan senyum terkembang. Kelak aku akan melangkah kembali untuk menjadi pemenang.

With Love



Posting Komentar

0 Komentar